Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2019


Wapres Jusuf Kalla (JK) menyebut ‘kegaduhan’ di tahun politik sama sekali tidak mengganggu perekonomian nasional dan pertumbuhan ekonomi akan tetap terjaga di level 5% dan tingkat inflasi di bawah 3,5%

Jakarta, KlikDirektori.com | Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggelar Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2019 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Jumat (11/1) 2019. Agenda tahunan ini dihadiri Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla, Para Menteri Kabinet Kerja, Pimpinan dan Anggota DPR, Gubernur BI Perry Warjiyo, Duta Besar Sahabat Negara, Kepala Gunernur Kepala Daerah, dan para pimpinan Industri Jasa Keuangan dengan mengusung tema ‘Kolaborasi Membangun Optimisme dan Akselerasi Pertumbuhan Berkelanjutan’.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan stabilitas sektor jasa keuangan selama 2018 berada dalam keadaan terjaga dan optimistis tren positif kinerja sektor keuangan akan berlanjut di 2019. Sepanjang tahun 2018, kondisi perekonomian nasional terpantau sehat dan stabil, yang tercermin diantaranya dari ekonomi nasional yang tumbuh sekitar 5.15% dan inflasi yang terkendali di level 3.13%.

Tantangan yang dihadapi pada tahun 2019 tidak lebih mudah dibandingkan 2018, untuk itu OJK akan terus berusaha memfasilitasi dan memberikan kemudahan dalam mendukung sektor-sektor prioritas pemerintah, melalui kebijakan dan inisiatif yang akan difokuskan pada lima area (Baca pula: Lima Kebijakan dan Inisiatif OJK di Tahun 2019)

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menjelaskan, pada 2018 OJK mencatat intermediasi sektor keuangan dapat terjaga dengan baik, angka pertumbuhan kredit perbankan meningkat sebesar 12,9% dibandingkan sebesar 8,24% pada tahun 2017. Demikian pula kinerja intermediasi lembaga pembiayaan yang diperkirakan tumbuh sekitar 6%.

Rasio gross NPL perbankan dalam tren menurun sebesar 2,37% (net 1.14%) dan untuk ratio gross NPF sebesar 2,83% (net 0,79%). Likuiditas perbankan masih memadai meskipun rasio Kredit terhadap Simpanan (Loan to Deposit ratio) meningkat menjadi 92,6%. Hal ini dapat dilihat dari excess reserve perbankan yang tercatat sebesar Rp.529 triliun. Sedangkan Rasio Alat Likuid terhadap Non-Core Deposit dan Liquidity Coverage Ratio (LCR) masing-masing sebesar 102,5% dan 184,3%, jauh diatas threshold masing-masing sebesar 50% dan 100%.

Di pasar modal, jumlah emiten baru sepanjang 2018 tercatat 62 emiten, lebih tinggi dibandingkan 2017 sebanyak 46 emiten, dengan nilai penghimpunan dana sebesar Rp.166 triliun. Adapun total dana kelolaan investasi mencapai Rp.746 triliun, meningkat 8,3% dibanding tahun sebelumnya.

Permodalan lembaga jasa keuangan juga cukup memadai dalam menghadapi tantangan ke depan. Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan tercatat sebesar 23,32%, sedangkan Risk Based Capital industri asuransi umum dan asuransi jiwa masing-masing sebesar 315% dan 412% lebih tinggi dari threshold 120%. Gearing ratio perusahaan pembiayaanpun tercatat 2,97 kali, jauh dibawah threshold maksimal sebasar 10 kali.

Wapres Jusuf Kalla (JK) menyebut ‘kegaduhan’ di tahun politik sama sekali tidak mengganggu perekonomian nasional dan pertumbuhan ekonomi akan tetap di level 5% dan tingkat inflasi di bawah 3,5%

“Kita juga menyadari bahwa negeri ini mempunyai sistem kebersamaan yang kuat. Walau selalu orang mengatakan bahwa tahun ini tahun politik, memang ramai, tapi ramainya di alam maya, bukan ramai di lapangan. Itu sungguh yang baik. Negeri lain nggak seperti ini,” kata JK

Saat ini kondisi Indonesia masih baik, urusan politik memang ada kaitannya dengan ekonomi. Itu suatu kondisi yang baik yang mendukung kegiatan ekonomi. Kita akan mulai sesuatu di mana ada suatu sistem, di mana ekonomi dan politik memang saling berpengaruh, tapi tidak dalam hal yang negatif,” ujar dia.

Menurut JK, tahun politik justru mampu mendorong tingkat konsumsi rumah tangga. Karena banyak kegiatan yang mampu memutar roda perekonomian di kelas bawah. “Jadi masalah politik tidak menyebabkan masalah di bidang ekonomi. Itu situasi yang tentu menguntungkan, memberikan harapan untuk kita semuanya,” sambungnya.

Tahun 97/98 kita alami krisis moneter dan perbankan yang akibatnya sampai sekarang masih kita harus jalani. Kita harus selalu membayar bunga dan tentu mencicil kepada apa akibat krisis tahun itu,” kata JK.

Meskikun demikian, menurut JK krisis keuangan menjadi pengalaman yang terbaik bagi pemerintah dan juga otoritas dalam menjaga sistem keuangan nasional ke depannya.

“Pengalaman adalah guru yang terbaik karena itulah hal-hal yang telah kita alami selama ini akan jadi pelajaran dan juga perbaikan,” tambah dia.

Menurut JK, pertumbuhan ekonomi akan tetap berada di level 5% dengan tingkat inflasi di bawah 3,5%, dan selama tahun 2018, Laju pertumbuhan kredit serta kinerja industri jasa keuangan masih dalam level yang baik.

“Kita optimis untuk menghadapi tahun 2019 ini, walau tahun 2019 tetap mempunyai tantangan, baik dari eksternal dan internal. Dan dengan kebersamaan kita di sini saudara sekalian dari industri keuangan kita akan hadapi tahun ini dan juga tahun depan dengan kerja keras dan kebersamaan,” kata JK.

Baca pula: Kumpulan Berita & Info Terkini